Monday, March 19, 2012

KLEPTOMANIA



Merupakan suatu gangguan kesehatan mental dimana penderitanya tidak bisa menahan diri untuk mencuri dan mengambil barang orang lain tanpa ijin. Walaupun sebenarnya barang yang dicuri ini merupakan barang yang notabene kurang berharga, seperti alat tulis, makanan ringan yang ada di mini market, ataupun barang2 pribadi milik orang lain seperti, gunting, kacamata, jam tangan, dsb. Walaupun intinya sama-sama ‘mencuri’ namun perilaku kleptomania ini tidak bisa dikatakan sama dengan tindakan rampok, ato mencuri pada umumnya, karena perilaku ini tidak terencana dan terorganisir.

MayoClinic, Rabu (30/3/2011) mengatakan bahwa kleptomania adalah gangguan kesehatan mental serius, yang bila tidak diobati akan membuat hidup si penderita itu menjadi hancur. Walaupun kleptomania sudah banyak menjalar di dalam masyarakat, namun hingga kini masih sedikit orang atau ilmuwan yang bisa memecahkan bagaimana perilaku kleptomania itu timbul. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa kleptomania berhubungan dengan hormon otak, serotonin yang membantu mengatur suasana hati dan emosi. Perilaku kleptomania ini akan meningkat apabila si penderita mengalami tekanan batin yanng sangat kuat; stress, depresi, bahkan ketika dia mengalami cedera di kepala atau otak pun, perilaku kleptomania ini dapat meningkat.

Penderita kleptomania biasanya merasa tegang sebelum melakukan aksinya dan mendapat kepuasan batin setelah melakukan aksinya. Mereka sering muncul untuk ‘beraksi’ di tempat2 seperti mall, supermarket, pesta, atau rumah/kamar dari sahabat/orang terdekat/bahkan orang yang mungkin baru dia kenal sekalipun. Perilaku ini bila dibiarkan akan sangat berbahaya, karena dapat menyangkut masalah hukum. Terlebih lagi bila dia mekukan aksinya di supermarket atau tempat2 belanja. Bagaimana cara pengobatan perilaku ini? Seperti biasa, perilaku yang berkaitan dengan gangguan kesehatan mental dapat disembuhkan dengan menggunakan terapi, obat, maupun kelas konseling. Terapi perilaku kognitif merupakan terapi yang saat ini dirasa paling tepat untuk mengobati perilaku ini. Melalui terapi ini, penderita akan mengidentifikasi bahwa perilakunya adalah tidak sehat, dan mengubahnya menjadi perilaku yang lebih baik.

No comments:

Post a Comment